Jakarta, CNBC Indonesia – Nama The Harvest sebagai toko kue bukan terdengar asing bagi orang Indonesia. Setiap ada ulang tahun atau perayaan seremonial lain, pasti mayoritas kue dibeli dari Harvest.
Rasa enak dan beragam, varian banyak, kue selalu segar, dan mudah didapat menjadi alasan orang membelinya. Meskipun keunggulan itu semua harus dibayar dengan harga yang cukup mahal. Tapi, itu sepadan.
Mengusung sebagai toko kue dengan gaya Eropa, tak sedikit orang mengira bahwa Harvest bukan made in Indonesia. Namun kenyataannya itu salah. Harvest justru dibuat dan berasal dari dalam negeri berkat tangan dingin Lal de Silva.
Harvest didirikan olehnya pada 2004. Pendiriannya tidak terlepas dari kiprah Silva sebagai mantan chef pastry di berbagai hotel dunia dalam waktu cukup lama. Dalam wawancara kepada Global Business Guide Indonesia, dia menyebut bekal pengalaman di hotel itulah yang membuatnya berani membuka toko kue dan pastri di Indonesia bernama The Harvest. Cabang pertamanya berada di Senopati.
Silva memulai Harvest dengan 23 karyawan dan modal Rp 450 juta. Pria kelahiran Srilangka ini menyebut fokusnya kala itu bukan hanya perkara uang, tetapi lebih mempraktikan kue sebagai karya seni.
Dia berupaya memperkerjakan orang profesional dan menggunakan bahan-bahan terbaik yang semuanya bersumber dari internasional. Tak hanya itu, riset produk juga dilakukan dengan standar tinggi untuk mewujudkan karya seni dalam sepotong kue.
Itu semula dilakukan untuk mewujudkan Harvest sebagai penyedia kue-kue ala Eropa bagi masyarakat. Masyarakat Indonesia yang menyukai dan cukup latah terhadap produk makanan baru, apalagi yang berbau luar negeri, praktis menyukai Harvest. Dan bagi perusahaan, ini tentu menjadi peluang besar.
Tak heran, kalau Harvest dalam kurang dari lima tahun sudah memiliki banyak gerai dan karyawan. Gerainya bak virus, cepat menyebar di penjuru Jakarta. Karyawan yang awalnya 23 menjelma menjadi 300-an. Dan dalam waktu 1 dekade, Harvest sudah punya puluhan gerai dan ribuan karyawan.
Kesuksesan Harvest juga didapat keberhasilan Silva memadukan brand image dan service quality.
Dalam studi “Pengaruh Brand Image dan Service Quality Terhadap Purchase Intention Konsumen The Harvest”, disebutkan produk inovatif dan variatif yang ditawarkan Harvest ditambah keberhasilan memadukan desain gerai dan kue yang menarik membuat konsumen tertarik mencari tahu lebih lanjut tentang produk-produknya.
Tentu, kaum kelas atas yang sejak awal menjadi target pasar Harvest langsung membeli untuk mencoba dibanding dihantui rasa penasaran atas kue tersebut. Ketika mereka sudah memberikan membeli dan mencicipi, barulah mereka percaya kalau Harvest adalah kue terbaik, meski itu lagi-lagi sepadan dengan harga yang dikeluarkan.
Dalam situs resminya, dalam kurun waktu hampir 2 dekade, Harvest pada tahun ini sudah memiliki 91 gerai di kota besar dan kecil di seluruh Indonesia. Tak heran, kalau Harvest sendiri berani mengklaim sebagai market leader dalam jagat kue di Indonesia.
Kini, The Harvest Cake berada di bawah naungan PT. Mount Scopus Indonesia yang juga membawahi produk kue dan restoran lain, seperti Cheese Cake Factory, Negev, dan Balboni. https://ujiemisiapel.com/