Berkat Percaya Fengsui, Pria Ini Jadi Orang Terkaya ke-1 RI

Jakarta, CNBC Indonesia Ada orang yang menjadikan fengsui sebagai pedoman dalam menjalani hidup di tahun baru. Ada pula yang skeptis dan ogah percaya terhadap astrologi China tersebut. Tentu, ini semua pilihan masing-masing.

Namun, ada kisah menarik dari pengusaha Indonesia Sudono Salim alias Liem Sioe Liong. Dia adalah orang yang sangat mempercayai fengsui dan menjadikannya sebagai salah satu pedoman berbisnis, selain perhitungan ekonomi dan matematika. Bahkan, besarnya ketergantungan terhadap fengsui mengantarkannya sebagai orang terkaya di Indonesia dan Asia Tenggara. 

Bagaimana kisahnya?

Sejarawan Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group (2016) menyebut, Salim adalah orang yang sangat percaya kalau fengsui  bisa mendatangkan hoki atau keberuntungan.

Jadi, dia selalu berkonsultasi dengan ahli fengsui  untuk menjalani hidup. Konsultasi ini juga berkaitan dengan rumah dan kantor. 

Soal rumah Salim memperhitungkan secara presisi elemen fengsui . Dia tak ingin posisi rumah tak sesuai fengsui . Saat tiba pertama kali di Jakarta pada 1950-an dia diketahui membeli rumah di Jl. Gunung Sahari VI, Jakarta. Rumah itu sederhana, berada di gang sempir dan hanya 1 lantai. 

Namun, di balik kesederhanaan itu, Salim percaya rumah itu membawa hoki. Alhasil, dia sama sekali tak mau merenovasi rumah tersebut. Bahkan, saat sudah jadi orang terkaya di Indonesia, Salim tetap teguh tak ingin mengubah rumah tersebut. Alasannya, kata Borsuk dan Chng, supaya tidak mengganggu fengsui  sebagai elemen keberuntungan. 

Kasus serupa juga terjadi di tahun 1968. Kala itu, Salim bersama Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad ingin memulai bisnis. Alih-alih menggunakan kantor yang besar dan nyaman, Salim justru lebih memilih kantor yang sederhana dan terletak di Jl. Asemka No. 20, Jakarta.

“Kantor mereka tidak ber-AC. Ruangannya berukuran 8×6 meter yang terletak di lantai paling atas bangunan yang tidak mencolok di jantung pecinan Jakarta. […] Ruangannya hanya memiliki satu meja dan dua kursi. Bahkan, hanya ada satu saluran telepon dan itupun digunakan bersama kantor lain,” tulis Richard Borsuk dan Nancy Chng. 

Pemilihan tempat itu tentu saja didasari oleh pertimbangan fengsui. Bagi, Salim lokasi kantor yang berada di lantai 4 sebuah ruko itu bisa membawa keberuntungan. Alhasil, berbagai bujukan agar pindah kantor tak digubris oleh Salim. Dia ngotot mempertahankan ruangan itu.

Belakangan, semua kepercayaan fengsui  itu terbukti. Bisnis Salim pun moncer, terlebih bisnis bersama ketiga temannya itu. Lebih dari itu, berkat upaya melibatkan hal-hal mistik-spiritual, bisnis Salim ke depan makin menggurita.

Fengsui sayangnya hanya berjalan baik selama Soeharto masih berkuasa. Selama era itu, bisnis yang dilakukan Salim memang  meliputi banyak sektor strategis dalam perekonomian Indonesia. Salim pun bisa kaya raya menjadi orang terkaya Indonesia dan Asia Tenggara selama rezim Orde Baru berkuasa. Akan tetapi, ketika Soeharto mengundurkan diri, bisnis Salim otomatis mengalami kemunduran. 

Meski begitu, kepercayaan terhadap fengsui  rupanya masih dilakukan anak Salim yang menjadi pemimpin baru Salim Group, yakni Anthony. Anthony, tulis Richard Borsuk dan Nancy Chng, mewarisi tradisi ayahnya yang sering berkonsultasi dengan para ahli fengsui sebelum menentukan waktu bagi peristiwa-peristiwa penting, seperti peluncuran perusahaan atau pembukaan pabrik. 

Kini, berkat menjadikan fengsui sebagai salah satu langkah berbisnis, Anthony sama seperti ayahnya: menduduki peringkat teratas orang terkaya Indonesia. Forbes menempatkan Anthony di urutan ke-5 orang terkaya Indonesia dengan harta US$ 10,3 miliar. https://berikanlah.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*