Jokowi Dapat Kado Awal Tahun, “Hantu” yang Ditakutkan Pergi

Jakarta, CNBC Indonesia – Inflasi Indonesia diperkirakan melandai pada Desember 2023. Secara keseluruhan tahun, inflasi 2023 juga sudah kembali ke pola historis di era Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan target Bank Indonesia di kisaran 2-4%.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Desember sekaligus sepanjang tahun 2023 pada Selasa (2/1/2024)

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 institusi memperkirakan inflasi Desember 2023 akan melonjak angka 0,5% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).

Naik drastis dibandingkan pada November yang tercatat 0,38%. Secara historis, inflasi Desember biasanya melonjak karena ada kenaikan permintaan selama Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Dalam lima tahun terakhir, inflasi (MtM) Desember  menembus 0,53%.

Hasil polling juga memperkirakan inflasi secara tahunan (year on year/yoy) akan menembus 2,72% pada Desember 2023. Inflasi ini lebih rendah dibandingkan pada November yang tercatat 2,86%. Secara tahunan, inflasi diperkirakan melandai seiring dengan menurunnya harga minyak dunia dan memudarnya dampak kenaikan harga BBM subsidi.

Sementara itu, inflasi inti diperkirakan sedikit melandai menjadi 1,86% pada Desember (yoy) dibandingkan 1,87% pada November.

Inflasi RI Balik ke Bawah 3%?

Dalam tahun fiskal Indonesia, inflasi Desember (yoy) juga merupakan inflasi satu tahun penuh. Dengan demikian, proyeksi inflasi Desember (yoy) sebesar 2,72% juga menunjukkan inflasi tahun 2023.

Jika proyeksi menjadi kenyataan maka inflasi 2023 jauh lebih rendah dibandingkan inflasi 2022 yang ditutup di posisi 5,51% yoy. Selain itu, ekspektasi inflasi ini pun sesuai dengan target BI yang memperkirakan inflasi 2023 berada di rentang 2-4% pada 2023.

Kembalinya inflasi ke bawah 3% tentu saja menjadi kabar gembira bagi Jokowi. Selama dua tahun terakhir (2022-2023), inflasi menjadi salah satu kekhawatiran terbesar Jokowi.
Suka tidak suka, laju inflasi memang lebih terkendali di era Jokowi dengan bergerak di bawah 3% dari sekitar bahkan lebih dari 6% pada periode sebelum era Jokowi.

Selama Jokowi memimpin Indonesia secara penuh (2015-2022), rata-rata inflasi hanya mencapai 3,1%. Indonesia bahkan mencatat inflasi terendah sepanjang sejarah pada 2020 di angka 1,68%. Selama 2015-2022, hanya sekali inflasi melonjak di atas 5% yakni pada 2022 saat Indonesia mengerek harga BBM subsidi.

Dalam berbagai kesempatan pada 2022-2023, Jokowi terus mengingatkan untuk menjaga inflasi, terutama pangan. Menurutnya, kenaikan harga pangan membuat inflasi tidak terkendali dan menghantui ekonomi Indonesia.

Harga Daging Ayam, Cabai Rawit Merah, dan Beras Masih Tinggi

Kepala Ekonom Maybank Indonesia, Juniman mengatakan komoditi utama penyumbang inflasi pada Desember adalah beras, telur ayam ras, gula pasir, rokok filter, rokok kretek, emas perhiasan, tarif angkutan udara, dan tarif angkutan antar kota.

“Kami memperkirakan inflasi pada bulan Desember 2023 akan meningkat seiring dengan kenaikan harga bahan pangan dan tarif transportasi. Komoditi utama penyumbang inflasi adalah beras, telur ayam ras, gula pasir, rokok filter, rokok kretek, emas perhiasan, tarif angkutan udara, dan tarif angkutan antar kota.” ujar Juniman kepada CNBC Indonesia.

Sedangkan Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro menegaskan bahwa inflasi Desember 2023 cenderung lebih rendah dibandingkan November akibat tingginya base effect yang terlihat pada tahun lalu.

“Ketika Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dilonggarkan oleh pemerintah dan masih terdapat dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM pada tahun lalu.” kata Andry.

Sementara Andry menyatakan bahwa secara bulanan, inflasi Desember akan lebih tinggi dibandingkan November mengingat faktor musiman di mana harga pangan cenderung meningkat pada libur Natal dan Tahun Baru.

Selain itu, dampak El Nino yang mengganggu sebagian pasokan pangan juga turut menyumbang peningkatan tersebut.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), harga cabai rawit merah dan beras cenderung mengalami peningkatan pada akhir Desember 2023 dibandingkan Januari 2023. Sedikit berbeda halnya dengan daging ayam yang justru mengalami penurunan pada akhir Desember 2023 dibandingkan Januari 2023.

Kenaikan harga beras dan cabai akhir-akhir ini turut menjadi perhatian bagi BI. BI mewanti-wanti fenomena El Nino atau cuaca panas ekstrem dan kekeringan berkepanjangan masih akan berpotensi mendorong kenaikan harga-harga pangan hingga 2024. Perlu langkah ekstra untuk menjaga stabilitas harga hingga tahun depan.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Doni Primanto Joewono mengatakan, fenomena itu tentu akan mengganggu produksi pangan di dalam negeri, khususnya beras. Akibatnya inflasi harga pangan bergejolak atau volatile food masih berpotensi tinggi hingga 2024.

Untuk mengantisipasi permasalahan itu, Doni mengatakan, BI bersama pemerintah telah terlibat aktif dalam Gerakan Nasional (Gernas) Penanganan Dampak El Nino untuk mempercepat proses penanaman yang ditargetkan sebanyak 569.374 hektare di 10 provinsi sentra produksi.

Kendati begitu, Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman menekankan, ke depan sebetulnya tekanan inflasi pangan akan bisa diantisipasi, khususnya terkait beras. Sebab, pasokan beras sudah mulai terpenuhi dari impor dan masa tanam komoditas lain seperti beras juga sudah mulai memasuki masa panen tahun depan.

Untuk diketahui, inflasi volatile food per November pun telah tembus 7,59% jauh di atas inflasi umum 2,86%.

“7,59% ini akibat adanya penundaan musim tanam khususnya cabai dan beras. Beras saat ini pemerintah sudah mengadakan impor 3 juta dan banyak masuk sekitar 2,5 jutaan sudah terjaga,” ucap Aida.

“Lalu sekarang cabai-cabaian ini baru nanti panen sekitar Januari sampai Mei dan harganya akan mengalami penurunan. Tapi paling penting volatile food meskipun gangguan tapi inflasi masih dalam sesuai target pada tahun depan 2,5 plus minus 1%,” tegasnya. https://belakangan.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*