Konflik Mereda & Dolar Menguat, Minyak Ambruk 4 Hari Beruntun

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mencoba melawan arus pada awal perdagangan hari ini setelah ambruk empat hari beruntun karena berkurangnya kekhawatiran pasokan akibat konflik yang terjadi di Laut Merah.

Pada pembukaan perdagangan hari ini Rabu (3/1/2024), harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,17% di posisi US$70,5 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent dibuka lebih tinggi atau naik 0,22% ke posisi US$76,06 per barel.

Pada perdagangan Selasa (2/1/2024), harga minyak mentah WTI ditutup anjlok 1,77% di posisi US$70,38 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent ditutup turun 1,49% ke posisi US$75,89 per barel.

Harga minyak menutup sesi perdagangan pertama tahun 2024 lebih rendah karena ekspektasi penurunan suku bunga berkurang dan meredanya kekhawatiran bahwa ketegangan di Laut Merah akan mengganggu pasokan.

Harga turun karena investor mengurangi ekspektasi mengenai penurunan suku bunga pada tahun 2024. Penurunan suku bunga mengurangi biaya pinjaman konsumen, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

Dolar juga menguat 0,88% di level 101,92 pada hari Selasa (2/1/2023). Sementara harga saham-saham merosot, semakin menekan harga minyak lebih rendah. Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lainnya.

Harga minyak telah naik sekitar US$2 per barel pada perdagangan sebelumnya menyusul serangan terhadap kapal di Laut Merah oleh pemberontak Houthi pada akhir pekan, dan laporan kedatangan kapal perang Iran pada hari Senin.

“Pasar sedang mengoreksi diri sejauh mana tidak ada gangguan pasokan dan mereka berpikir kemungkinan kecil kapal perang Iran akan terlibat dengan kapal perang Amerika,” ujar Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates, dilansir dari Reuters.

“Jelas, pasar minyak akan bergerak lebih tinggi jika ada tembakan,” tambah Lipow.

Pada hari Minggu, helikopter AS menangkis serangan pasukan Houthi yang didukung Iran terhadap kapal kontainer yang dioperasikan oleh kapal pengirim Denmark Maersk di Laut Merah. Pada hari Senin, sebuah kapal perang Iran telah memasuki Laut Merah, menurut kantor berita semi-resmi Tasnim.

Maersk dari Denmark dan saingannya dari Jerman Hapag-Lloyd mengatakan kapal kontainer mereka akan terus menghindari jalur Laut Merah yang memberikan akses ke Terusan Suez.

Konflik yang lebih luas dapat menutup jalur air penting untuk transportasi minyak.

Survei Reuters terhadap para ekonom dan analis memperkirakan minyak mentah Brent akan berada di rata-rata US$82,56 per barel tahun ini, naik sedikit dari rata-rata tahun 2023 sebesar US$82,17 per barel, dengan lemahnya pertumbuhan global diperkirakan akan membatasi permintaan. Namun ketegangan geopolitik dapat mendukung harga minyak.

Dari China, ekspektasi investor terhadap langkah-langkah stimulus ekonomi meningkat setelah aktivitas manufaktur menyusut pada bulan Desember untuk bulan ketiga, data pemerintah menunjukkan pada hari Minggu.

Data aktivitas manufaktur (PMI) Manufaktur China NBS tercatat masih berada di zona kontraksi tepatnya di level 49 pada periode Desember, turun dari periode bulan sebelumnya di level 49,5.

Stimulus apa pun dapat meningkatkan permintaan minyak dan mendukung harga minyak mentah.

Selain itu, OPEC+ berencana mengadakan pertemuan Komite Pemantau Bersama Kementerian (JMMC) pada awal Februari, meskipun tanggal pastinya belum diputuskan, menurut tiga sumber dari aliansi tersebut.

OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, biasanya mengadakan pertemuan serupa setiap dua bulan untuk memantau implementasi perjanjian produksinya.

Komite ini mempertemukan negara-negara terkemuka dalam aliansi, termasuk Arab Saudi, Rusia, dan Uni Emirat Arab.

Pada pertemuan tingkat menteri terakhirnya pada tanggal 30 November, OPEC+ menyetujui pengurangan produksi sukarela dengan total sekitar 2,2 juta barel per hari (bpd) selama kuartal ini, yang dipimpin oleh Arab Saudi yang melanjutkan pemotongan sukarela saat ini.

Pertemuan JMMC diperkirakan akan menilai implementasi kesepakatan tersebut pada bulan Januari, menurut salah satu sumber.

Bulan lalu, anggota OPEC negara Angola keluar dari kelompok tersebut karena tidak puas dengan kuota produksi yang diberikan. https://elementlagu.com/wp/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*