Pelaku Pasar Masih Gamang, Dolar AS Balik Lagi ke Rp15.500

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) justru setelah inflasi Indonesia semakin melandai dan sikap wait and see pasar perihal data AS nanti malam.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah di angka Rp15.490/US$ atau terdepresiasi 0,16%. Bahkan di tengah perdagangan telah menembus level psikologis Rp15.500/US$. Hal ini sejalan dengan pelemahan yang terjadi kemarin (2/1/2024) sebesar 0,45%.

Sementara DXY pada pukul 8.49 WIB turun tipis 0,05% menjadi 102,15. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Selasa (2/1/2024) yang berada di angka 102,2.

Rupiah hari ini bergerak di tengah sentimen kemarin yakni inflasi yang melandai bahkan di bawah ekspektasi pasar yang dihimpun CNBC Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan penurunan laju inflasi Indonesia pada 2023 dipicu oleh tren melemahnya inflasi inti.

Seperti diketahui komponen inflasi inti menjadi tolok ukur dari daya beli masyarakat. Hal ini karena inflasi inti dipengaruhi oleh faktor interaksi permintaan-penawaran, lingkungan eksternal, seperti nilai tukar, harga komoditi internasional, dan perkembangan ekonomi global dan ekspektasi inflasi di masa depan.

Nilai inflasi sepanjang 2023 sebesar 2,61% year on year/yoy, Inflasi ini merupakan inflasi terendah sepanjang 20 tahun terakhir. Adapun, komponen inti tahunan mengalami inflasi sebesar 1,80% yoy, dari data BPS, komponen ini memberikan andil 1,1% yoy.

Inflasi yang melandai ini menjadi angin segar bagi Indonesia mengingat posisi inflasi 2023 ini berada dalam target Bank Indonesia (BI) yakni direntang 2-4%. Alhasil, hal ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor asing untuk masuk ke pasar keuangan domestik mengingat kondisi harga barang yang cukup stabil.

Selain itu, pelaku pasar juga masih menunggu data dari AS perihal Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur ISM periode Desember 2023 dan Lowongan Pekerjaan JOLTs periode November 2023.

Diketahui, PMI Manufaktur ISM AS tercatat sebesar 46,7% pada periode November 2023, tidak berubah dari 46,7% yang tercatat pada bulan Oktober 2023.

Perekonomian secara keseluruhan terus mengalami kontraksi untuk bulan kedua setelah satu bulan ekspansi lemah yang didahului oleh kontraksi sembilan bulan dan periode ekspansi 30 bulan sebelumnya.

Hari ini, AS juga akan mengeluarkan Laporan Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja AS (JOLTS) yang diantisipasi untuk bulan November 2023, akan dirilis pada tanggal 3 Januari 2024.

Lowongan Pekerjaan JOLTs diperkirakan akan mencetak antara 8,3 hingga 8,5 juta lowongan pekerjaan. Perkiraan ini berada di bawah ekspektasi konsensus sebesar 8,75 juta dan juga lebih rendah dibandingkan angka Oktober 2023 sebesar 8,73 juta. https://roketgubuk.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*