Wall Street Masih Galau, Bursa Asia Dibuka Berjatuhan

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Rabu (3/1/2024), di tengah kondisi bursa saham Amerika Serikat (AS) yang ditutup bervariasi pada perdagangan perdananya di 2024.

Per pukul 08:30 WIB, indeks Hang Seng Hong Kong merosot 0,97%, Shanghai Composite China turun 0,17%, Straits Times Singapura melemah 0,81%, ASX 200 Australia ambles 1,11%, dan KOSPI Korea Selatan ambruk 2,05%.

Sementara untuk pasar saham Jepang masih libur dan baru akan dibuka kembali pada Kamis mendatang, sehingga perdagangan perdananya akan terjadi besok.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung berjatuhan terjadi di tengah melemahnya dua indeks utama di bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin.

Indeks Dow Jones berhasil ditutup naik tipis 0,07%. Sebaliknya, indeks Nasdaq anjlok 1,63% dan indeks S&P melemah 0,57%.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite mengakhiri sesi perdagangan pertama tahun 2024 dengan lebih rendah, terbebani oleh jatuhnya saham Apple hampir 4% setelah broker menurunkan peringkat dan penurunan di antara nama-nama perusahaan teknologi besar lainnya yang dipicu oleh kenaikan imbal hasil (yield)US Treasury.

Sesi yang lesu terjadi setelah tahun di mana tiga indeks utama Wall Street mencatat kenaikan dua digit didukung optimisme seputar kecerdasan buatan (AI) dan stabilisasi inflasi. S&P 500 berakhir pada minggu lalu dalam 1% dari rekor penutupan tertinggi yang dicapai pada awal 2022.

Saham Apple jatuh setelah Barclays menurunkan peringkat raksasa teknologi itu menjadi “underweight”, dengan alasan melemahnya permintaan iPhone. Saham-saham teknologi megacap AS lainnya, termasuk Nvidia, Meta Platforms, dan Microsoft juga melemah.

Wall Street tertekan pada perdagangan Selasa karena yield US Treasury naiktenor 10 tahun berada di atas 4%, level tertinggi dua minggu sebelum sedikit menurun.

Pergerakan yield US Treasury tersebut mencerminkan ekspektasi investor yang lemah terhadap pemotongan suku bunga AS tahun ini. Hal ini, pada gilirannya, membebani saham-saham yang sedang berkembang di antaranya saham-saham teknologi yang akan mendapatkan keuntungan dari lingkungan suku bunga yang lebih menguntungkan.

Risalah pertemuan kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) terakhir di 2023 yakni Desember dan sejumlah data pasar tenaga kerja akankeluar pada pekan ini karena para pelaku pasar akan memastikan waktu potensi penurunan suku bunga.

Perangkat FedWatch CME Group menunjukkan The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan Januari, para pelaku pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) pada Maret sebesar 70%. https://gayunggoyang.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*