BP2MI Buru Penyalur 20 PMI Yang Disekap Di Myanmar

Sekretaris Utama Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Rinardi. (Foto: Ist)
Sekretaris Utama Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Rinardi. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka – Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) terus memburu penyalur yang memberangkatkan 20 korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang diiming-imingi akan bekerja di Myanmar. Keseluruhan korban dijanjikan sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang akan dipekerjakan di Myanmar. 

“Sedang kami telisik penyalurnya. Sampai saat ini kami belum mendapatkan informasi yang lengkap,” kata Sekretaris Utama BP2MI Rinardi usai acara Halal Bihalal BP2MI di Pancoran, Jakarta, Senin (8/5).

Pihaknya mengaku kesulitan untuk menangkap para pelaku. Pasalnya para PMI yang sempat disekap di Myanmar berangkat dengan menggunakan visa turis atau visa umroh.

Terlebih bila kasus terjadi di kawasan Asia Tenggara, yang setiap warga negaranya bebas berkunjung ke negara lain. Karena hanya membutuhkan paspor untuk dicap oleh petugas di masing-masing pintu masuk negara.

Setelah berhasil memberangkatkan para PMI secara ilegal, biasanya sudah ada oknum yang bersiap menyambut kedatangan PMI di bandara atau pelabuhan. Tujuannya untuk segera dibawa pergi ke negara lain. Hal tersebut yang kemudian membuat jejak para pelaku semakin sulit untuk dilacak.

“Dalam terminologinya saja orang (yang mau bekerja) di luar negeri itu tidak diperbolehkan (tanpa visa). Jadi sampai di sana sudah ada agen untuk menampung mereka, kemudian para pekerja dipindahkan dari satu negara ke negara lain, tanpa mereka tahu mau bekerja jadi apa di Myanmar,” ungkapnya.

Dia menduga, pelaku merupakan orang yang dekat dengan korban seperti pihak keluarga atau orang yang sudah pernah mengalami hal serupa.

“Umumnya penyalur itu biasanya keluarganya sendiri, jadi mereka sudah pernah bekerja di luar, kemudian begitu pulang ke kampungnya yang umumnya di negara Asia Tenggara, memberitahu bahwa bekerja di luar negeri itu enak kemudian keluarganya terpengaruh,” beber Rinardi.

Dengan demikian, ia menekankan, edukasi terkait prosedur bekerja ke luar negeri ataupun trik dari para pelaku harus disosialisasikan secara lebih masif kepada masyarakat, terutama di daerah-daerah yang menjadi kantung PMI.https://katasungokong.com/wp-admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*